Aku, Dunia, dan Akhiratku…

Posts tagged ‘Rest Area’

Suatu Hari Di Ruang No Smoking

Di Warnet Langgananku …

“Nggak sekolah kamu?”

“Masuk pagi, Bang!”

Mataku masih terpusat di tangan kecilnya.

“Emangnya di sekolah diajarin ngerokok, ya?”

“Ya, nggak lha, Bang.”

Ia malu-malu menjawab sambil tangannya ia singkirkan dari pandanganku.

“Itu di tangan kamu ada apa? Rokok kan?” lanjutku. “Masih kecil kok berani udah ngerokok, sih! Nanti sakit paru-paru lho.”

Ia pun langsung meninggalkan diriku. Menjauhiku agar tak bisa lagi aku bertanya-tanya kepadanya. Kenapa ia sekecil itu sudah merokok? Apa penyebabnya? Tapi belum sampai aku tanya seperti itu ia sudah menjauhi. Ia meninggalkan aku yang sejak tadi memperhatikan dirinya.

Di Terminal Blok M…

“Bagi para penumpang diharapkan untuk tidak merokok di tempat umum…”

Aneh! Padahal sudah diberitahukan bahwa tidak perkenankan merokok di muka umum tapi tetap saja ada yang merokok. Entah, apakah telinganya tersumbat atau memang tidak peduli. Acuh!

Aku yang sedang menunggu bus untuk mengantarkan pulang dari toko buku, mata minusku terus saja tertuju melihat ke arah seorang laki-laki muda. Mungkin usianya masih kepala tiga. Laki-laki itu masih saja menikmati kreteknya yang sudah hampir membakar mulutnya yang hitam. Hitam karena pengaruh nikotin yang terkandung dalam kretek yang ia hisap dalam-dalam. Sayangnya tak ada seorang pun yang berani menegurnya. Tapi apakah laki-laki itu perlu ditegur dan dinasihati bahayanya rokok? Sepertinya laki-laki itu tahu kok bahaya merokok itu. Yang begitulah aku melihat pemandangan suatu hari di terminal Blok-M.

Di dalam Kopaja. Bus yang akan mengantarkan aku pulang…

“Mas, tolong dong rokoknya dimatikan! Saya tidak bisa bernafas nih.”

Tiba-tiba seorang ibu muda yang sedang hamil muda di depan kursi penumpang menegur laki-laki yang memakai topi hitam. itu agar laki-laki muda itu segera memberhentikan rokoknya. Kulihat ibu-ibu muda tadi merasa tak nyaman duduk dengan dirinya.

“Maaf, Mbak, tanggung, tinggal sedikit. Sayang dibuang!” jawab laki-laki itu tak menghiraukan ucapan ibu muda tadi.

Aku yang ada di belakang ibu muda tadi jadi gregetan ketika melihat attitude laki-laki itu yang tidak baik. Ia mengacuhkan ucapan ibu muda tadi. Kasihan aku melihatnya.

Aku heran apa yang ada dibenak laki-laki itu; tidak bisa punya rasa simpati dan empati pada orang-orang yang ada di sekeliling dirinya. Pada penumpang yang ada dalam Kopaja yang aku naiki. Terutama pada ibu-ibu yang sedang hamil muda. Padahal jika saja laki-laki itu tahu bahwa perokok pasif lebih dominan terkena penyakit gangguan pernafasan dan paru-paru dibanding perkokok aktif. Atau, ia tidak tahu dan tidak mau tahu menahu soal itu. Bahayanya bagi perokok pasif. Entahlah.

“Bang, kiri ya…!”

Syukurlah ibu muda tadi segera turun dari Kopaja. Ia akhirnya bisa terbebas dari ketidakpedualian dari laki-laki memakai topi hitam tadi. Tak memperdulikan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Termasuk aku yang ada di dalam Kopaja.

Di ruang kamarku. Tempat inspirasiku…

Sebel. Bete. Jika adik laki-lakiku sudah memasuki ruang kamarku. Dengan seenaknya ia merokok tanpa melihat aku yang tidak merokok ini. Setiap hari ada saja di mulutnya tersumpal rokok. Tiap hari adik laki-lakiku itu bisa menghabiskan setengah bungkus rokok. Benar-benar maniak rokok. Padahal ia seorang pekerja berat. Yang tiap hari bekerja menghadapi bahan-bahan kimia. Maklum adikku itu bekerja di garmen. Bagian obat-obatan kimia untuk bahan-bahan tekstil. Jika melihatnya aku merasa kasihan. Iba, jika ia sedang terbatuk-batuk.

Padahal aku sudah memperingkatkan untuk berhenti merokok. Dan uangnya lebih baik buat makan atau beli makanan ringan. Atau, yang bisa mengganjal perut. Bisa juga permen jika mulutnya merasa asam sebagai pengganti rokok. Tapi tetap saja nasehatku tak digubrisnya. Dianggap angin lalu…

Hukk..hukkk…

“Tuh, kan batuk-batuk Udah deh lo berhenti ngerokok. Lebih baik duitnya lo buat beli makanan kek. Atau, lo beli permen buat pengganti rokok.” Begitu tiap hari aku menaseihati dirinya. Tapi tetap saja ia merokok. Kalau pun nasihatku pernah mampir di telinga kanan dan kirinya tapi itu hanya sesaat. Adik laki-lakiku pernah berhenti hanya seminggu saja dan selanjut… Kambuh lagi. Capek deh! Hingga mulutku berbusa menasihatiya… Ya, aku hanya bisa pasrah dan sudah sebisaku memberi nasihat dan sambil mendoakannya. Aku yakin mmungkin saat nanti adikku itu akan berhenti merokok. Semoga…Amin!

Di ruang tamu yang sepi…

Aku iseng-iseng membaca artikel tentang bahaya merokok yang aku print dari penulusaranku di situs google. Hmm…ternyata cukup menyedihkan ketika aku mengetahui berapa banyak korban sia-sia dari bahaya merokok. Hingga aku teringat pada adik laki-lakiku agar ia segera berhenti merokok!

JAKARTA. Berdasarkan sejumlah penelitian yang dilakukan di Indonesia, semakin banyak saja anak Indonesia yang menjadi korban industri rokok. Hasil penelitian terakhir Universitas Andalas menunjukkan, rata-rata prevalensi perokok pemula dimulai saat usia 7 tahun. Padahal 10 tahun lalu, kebiasaan merokok dimulai pada usia 19 tahun. Bahkan banyak anak merokok pada usia Balita, kasus terakhir terjadi di Malang dan Sukabumi dimana ada anak-anak yang merokok sejak usia 4 tahun dan 2,5 tahun.

Iklan rokok yang setiap saat selalu berganti, menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah diingat ditenggarainya menjadi penyebab semakin mudanya usia anak-anak mulai merokok. Ditambah lagi perilaku lingkungan sekitar dan orang tua yang mencontohkan anak kecil untuk merokok.

Atas dasar itulah, KPAI meminta pemerintah untuk segera mengesahkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Produk Tembakau Sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan tersebut. Termasuk melarang total iklan rokok di media massa, melarang sponsor rokok untuk kegiatan sosial, olah raga, kesenian dan keagamaan. Larangan menjual rokok eceran, larangan menjual rokok kepada anak-anak, dan melarang merokok di tempat umum.
Pemerintah juga diminta untuk meratifikasi konvensi internasional pengendalian tembakau, sehingga landasan hukum atas seluruh larangan tersebut menjadi lebih kuat.

Itulah isi dari artikel yang kubaca hari itu yang aku dapatkan dari menelusuri situs google. Entah, apakah hal ini bisa membuat mereka sadar khususnya bagi para pencadu rokok atau tidak! Aku harap pemerintah dan juga pabrik yang memproduksi rokok bisa memperhatikan hal ini.

Sumber : Eramuslim.com